Minggu, 11 September 2011

Sandeq Race ruta Majene-Polman

.
0 komentar

Sabtu, 10 September 2011 saya menuju pantai Majene untuk kembali menonton lomba sandeq race rute Majene – Polewali.Sebenarnya sudah lama ada keinginan untuk ikut juga merasakan eforia sandeq race.Tapi tidak pernah kesampaian, walau pernah juga mensponsori secara kecil-kecilan ajang sandeq race beberapa tahun lalu.

Sekitar jam 08.30 saya tiba di pantai Majene, ternyata sudah ada yang perahu sandeq yang berangkat menuju Polewali. Lomba di bagi atas tiga tahap : tahap I jam 08.00, tahap II jam 09.00, dan tahap III 10.00.Setelah memarkir motor, saya berbaur di antara kerumunan penonton yang berada di tanggul.Melihat perahu sandeq dan kapal-kapal pengiring yang sudah siap-siap untuk berangkat.

Entah kenapa pagi itu, ada keinginan kuat untuk ikut di kapal pengiring.Walau keinginan itu ada sejak bertahun-tahun lalu (mimpi yang lama terkubur karena kesibukan).Iseng-iseng saya bertanya pada seorang bapak yang masih berada di pantai, menunggu sampan kecil yang menjemputnya menuju kapal pengiring.Saya bertanya apakah saya boleh ikut di kapal pengiring?, lama dia menatap wajahku mungkin tidak percaya dengan pertanyaan saya. Tanpa mejawab bapak tadi balik bertanya apakah saya tidak mabuk? Entah kenapa karena mendapat sinyal bagus kujawab saja: tidak mabuk!(walau dalam hati sangsi juga apakah saya benar2 tidak akan mabuk).Bapak tadi bertanya lagi apakah saya pernah melaut? Kujawab dengan pasti: pernah! (kurasa saya tidak berbohong karena pernah naik KM Umsini, walau fungsi kapalnya tidak sama hehee)
Bapak tadi kemudian memperbolehkan saya ikut menumpang di kapalnya.Saya bertanya berapa yang harus saya bayar untuk naik dikapal pengiring? Bapak tadi menjawab tidak usah.Saking gembiranya saya meraih tangannya untuk melihat merek rokoknya.Kemudian berlari ke warung untuk membeli rokok, makanan ringan,dan air mineral.Lama di warung , karena pemilik warung juga sementara menonton.Setelah ber teriak-teriak pemilik warung muncul, saya menyuruhnya mencatat saja barang yang saya ambil. Kemudian menyerahkan sejumlah uang yang saya perkirakan lebih dari harga barangnya.Kemudian berpesan kepada pemilik warung, besok saya ambil kembaliannya.

Tiba di bibir pantai, apa yang saya perkirakan terjadi.Kalau saya terlalu lama tadi di warung.Ternyata bapak tadi sudah krasak-krusuk mencari saya.Dia menyuruh saya cepat-cepat naik sampan yang akan menyeberangkan menuju kapal pengiring.Sewaktu menuju sampan saya mendapat teguran, kalau helm saya di simpan saja.Karena terlalu terburu-buru, saya tidak merasakan kalau helm masih bertengger di kepala.Helm kesayanganku saya titip sama orang yang tidak saya kenal.Tapi dia mengaku keluarga pemilik kapal.
Mendekati kapal pengiring, terlihat wajah-wajah keheranan di atas kapal melihat saya.Setelah di jelaskan oleh bapak tadi kalau saya akan ikut menumpang sampai di Polewali.Akhirnya mereka mengerti, dan tersenyum.
Saya mengambil posisi duduk di atas atap kapal,agar bisa leluasa melihat sekeliling.Kapal pengiring pelan pelan meninggalkan pantai Majene.Terlihat bangunan2 yang berada di kota majene semakin lama semakin mengecil.Kuedarkan pandanganku pada orang-orang yang berada di kapal ternyata mereka semua laki-laki.Ternyata kegilaan lamaku muncul kembali, lebih senang di dunia laki-laki.
(ini di jadikan bagian pertama dulu karena motor bututku yg saya parkir di pantai majene belum ketemu beserta helmnya...heheeee.. ntar di sambung)

readmore »»

Sabtu, 10 September 2011

BAJU BEKAS JADI ALTERNATIF BAJU LEBARAN

.
0 komentar



Di tengah himpitan ekonomi yang melanda negri ini, masyarakat mencari alternatif dalam menyikapi baju lebaran.Di beberapa tempat terlihat warga menyerbu tempat penjualan baju bekas, seperti yang saya lihat di televisi.Di pelataran stadion Gajayana, Malang Jawa Timur.Stand baju bekas di kerumuni warga yang ingin menjadikannya baju lebaran.Hal sama juga terlihat di Kab.Jeneponto sebagian warganya memilih baju bekas sebagai baju lebaran.

Hal yang sama terjadi di Sulbar, ada kecendrungan sebagian masyarakat lebih memilih baju bekas untuk di jadikan baju lebaran.Selain harganya lebih murah, kualitasnya lebih bagus itulah alasan lebih memilih baju bekas.Untuk di wilayah Sulbar baju bekas lebih populer dengan nama cakar.Istilah itu ada sejak tahun 80 an, cakar merupakan kepanjangan dari cap karung.Karena di bungkus di dalam karung.Salah satu yang mengenalkan cakar era 80an di wilayah Sulbar adalah almarhum Paramisi, beliau membawanya lewat jalur Nunukan dari Malaysia.

Seminggu sebelum hari Raya Idul Fitri, saya menemui salah satu penjual cakar yang biasa berjualan di pasar Tinambung.Anwar, 22 tahun adalah salah satu dari sekian banyak penjual cakar yang keliing di pasar2 di wilayah Polman.Menurutnya omset penjualannya biasanya meningkat menjelang lebaran.Tapi tahun ini tidak sama tahun lalu, hasil penjualan cakar tahun ini agak berkurang.Mungkin daya beli masyarakat mulai berkurang.Cakar di ambil dari Pare-Pare yang merupakan jalur masuk pakaian bekas dari Malaysia.

Satu ball berisi dua sampai tiga karung pakaian bekas, tergantung jenis pakaiannya.Untuk baju anak-anak di belinya sekitar 3 juta per bal,baju kemeja 3 sampai 4 juta per bal, celana jeans sekitar 2 juta per bal.Anwar kemudian menjualnya perlembar, baju anak –anak kadang di jual Rp 2.500,- sampai Rp 5.000,-perlembar,celana jeans Rp 35.000,- sampai Rp 70.000,- perlembar.Omsetnya saat ini sekitar 10 juta,dan penjualan cakar sudah di jalaninya selama 2 tahun.

Terlepas dari alasan masyarakat menjadikan cakar sebagai baju lebaran.Ada hal positif yang kita bisa rasakan manfaatnya.Yaitu menjadikan bumi hijau,membantu pelestarikan lingkungan .Dengan menjadikan cakar sebagai baju lebaran atau memakai baju lebaran tahun sebelumnya. Akan mengurangi produksi pakaian.Bumi semakin tua, akan semakin dipercepat dengan konsumsi yang berlebihan.Sudah saatnya kita semakin bijak memanfaatkan alam.

Sebaiknya baju yang sudah tidak kita pakai, yang masik layak.Sebaiknya di berikan kepada yang membutuhkan.Masih banyak saudara –saudara di sekeliling kita yang lebih membutuhkannya.Dari pada menumpuk dalam lemari.Selain membersihkan lemari juga untuk beramal.

Situasi yang terjadi di negri ini dengan menjadikan baju bekas sebagai baju lebaran (terlepas dari alasan pelestarian lingkungan).Adalah gambaran nyata masyarakat yang jauh dari kesejahteraan dan serba kecukupan.Sehinggga baju bekaspun menjadi alternatif murah meriah merayakan lebaran.

readmore »»

BALAPAN LIAR YANG MERESAHKAN

.
0 komentar


Sudah beberapa tahun ini kegiatan balapan liar sepertinya mencoba ikut mewarnai Ramadhan di Tinambung. Seperti Ramadhan tahun ini, walaupun cukup meresahkan.Arena yang di pilih adalah jalan trans Sulawesi,membuat pengguna jalan yang lain, cukup di buat repot.waktu yang dipilih sesudah sholat shubuh, menjelang buka puasa( ngabuburit), dan puncaknya setelah selesai sholat tarwih.
Tahun lalu balapan star dari perbatasa Majene- Polman dan finis di jembatan Tinambung jarak tempuh sekitar 2 kilometer.Tahun ini jarak lebih pendek sekitar 600 meter, star dari lapangan Tinambung finis di jembatan.Satu kali lomba di ikuti miimal 2 sampai 10 motor, dan di sesuaikan dengan tipe motor.
Peserta balapan berasal dari Majene, Campalagian,Balanipa,Limboro, dan Tinambung sebagai tuan rumah.Handphone di gunakan untuk saling berkomunikasi.Tempat pertemuan sesama pembalap di jembatan, di depan kantor BRI, dan persimpangan lampu merah.Mereka berlomba tanpa memakai helm atau alat pengaman lainnya.Malah kadang datang dengan memakai kopiah, layaknya habis sholat tarwih.
Raungan motor sangat menggangu masyarakat yang tinggal di sekitar jalan.Tidur malam yang sudah sedikit karena harus bangun sahur, semakin berkurang karena suara motor sampai dini hari.
Kecelakaan tidak mengurungkan niat mereka untuk berhenti.Lecet sedikit sewaktu jatuh, tak menghalangi untuk tetap melanjukan balapan.Seperti yang terjadi beberapa malam lalu dengan pembalap dari Tinambung.Terjatuh saat menghindari mobil tangki. Kadang kalau sakitnya parah, pembalap akan berhenti beberapa hari .Setelah sembuh, akan kembali ke jalanan.
Meliuk-liuk diantara diantara kendaraan , karena rute yang mereka lewati tidak steril dari pengguna jalan yang lain.Yang cukup berbahaya sewaktu memasuki finis.Pembalap biasanya mematikan lampu motornya, tapi dengan kecepatan yang masih tinggi.
Kadang mereka bertaruh sampai jutaan.Taruhan berasal dari penonton dan pembalap sendiri.Pembalap dan penonton yang kecewa karena kalah,esoknya akan berusaha untuk kembali bertaruh.
Pembalap liar tahun ini tidak sampai ke desa Sepabatu, mereka cuma sampai di ujung desa yaitu jembatan.Masyarakat Sepabatu tahun lalu menghadang pembalap untuk tidak melintas di daerahnya.Selain karena meresahkan, juga karena sudah ada warganya yang meninggal dunia karena mengikuti lomba balapan liar.
Penulis menemui Lurah Tinambung, Khaidir.Menurut beliau sudah beberapa malam ini terjadi perkelahian di antara penonton balapan liar.Sudah saatnya Polres Polman menghentikan balapan liar di Tinambung.Seperti yang terjadi di Kec Campalagian, pembalap liar sudah jera untuk melakukan balapan setelah aparat keamanan turun tangan.

readmore »»

Kamis, 11 Agustus 2011

SETITIK AIR DARI: TADARRUS PUISI "ISTIGHOSA UNTUK HARI ESOK BANGSA DAN NEGARA"

.
0 komentar


Rabu, 10 Agustus 2011 bertempat di lorong jalan Tinggas-Tinggas komunitas seniman se Sulbar berkumpul.Panggung berlatar terpal hitam, diatasnya terlihat beberapa alat musik tradisional sampai modern.Panggung di buat pendek tapi terlihat bersahaja.Tak ada kesan formal. Penikmat seni duduk bersila diatas hamparan karpet, membuat suasana menjadi santai.Acara di pandu oleh Muhammad Syariat Tajuddin.

Tak ada sekat antara pejabat dengan seniman.Darwin Badaruddin yang Kadis Kebudayaan Dan Pariwisata Polman turut membacakan puisinya.Dengan setelan putih songkok haji, nampak apik membacakan puisinya.Lagu keagamaan dari tuan rumah Teater Flamboyant Mandar juga tampil memukau.(penggunaan istilah lagu religidi hilangkan).Tampak hadir Camat Tinambung memberikan sambutannya.Dalam sepatah kata dari beliau bercerita pernah melihat penampilan Teater Flamboyant di Makassar sewaktu mementaskan lautan jilbab di gedung Manunggal waktu itu almarhum Ali Syahbana sebagai dedengkot Teater Flamboyant dan Emha Ainun Najib .

Tak ada istilah amatir atau sebaliknya, semua di beri kesempatan untuk mengepreasikan kesenimannya.Pembacaan puisi dan lagu dari Lembang-Lembang cukup lumayan untuk ukuran belia.Sewaktu turun dari panggung kudengar ada sapaan dari penonton untuk salah satu personil dari komunitas seniman Lembang-Lembang tentang balapan liar.Ternyata anak yang tampil sedikit grogi sewaktu menyanyikan lagu keagamaan sering ikut balapan liar.Mudah-mudahan dengan ikut komunitas teater, ada penyaluran potensi diri yang lain.Penulis masih ingat awal berdirinya Teater Flamboyant berawal dari keprihatinan Ali Syahbana melihat pemuda di kampung halamannya tanpa wadah yang positif untuk menyalurkan potensi dirinya.Andai beliau masih hidup akan sangat bersyukur dengan pencapaian yang di peroleh Teater Flamboyant Mandar saat ini.

Ada salah satu puisi yang unik, karena tercipta dari saling balas SMSantara Mamat dan Muhammad Syariat Tajuddin.Puisi yang tercipta dari kerinduan Mamat akan suasana puasa, karena pada saat itu Mamat berada di Bali.Di mana Adzan jarang terdengar.Sampai kalimatbau piapiada dalam bait puisinya.Saking rindunya dengan kampung halaman.

Melati 45 dari Majene dan Gema Bina Unasman tampil membawakan puisinya dengan baik.Ada yang cukup menghibur dari penampilan Sahbuddin Mahgana.Sebelum tampil, dia yang sudah berada dia atas panggung memangil seseorang untuk bersama membaca puisi.Lama yang di panggil tak muncul, Sahbuddin kemudian turun menjemputnya.Dari arah belakang penonton dia datang menenteng sesisir loka2(pisang kecil).Ternyata teman yang di panggil sejak tadi untuk menemaninya berpuisi adalah pisang kecil.Pisang kecil di berikannya kepada penonton untuk dicicipi dan menanyakan rasanya? .Loka-loka adalah judul puisi Sahbuddin Mahgana malam itu.

Padepokan Mpu tantular tampil cukup piawai juga. Ishak Jenggot yang berada dalam komunitas Sure Bolong tampil sangat harmonis dengan Mamat dalam kolaborasi musik di iringi lagu keagamaan.Walau Pai tampil singkat dengan puisinya, karena jam terbang yang lumayan tinggi maka penonton cukup terkesima di buatnya.

Keheningan di antara penonton tercipta sewaktu komunitas Palatto tampil dengan tiga personilnya Dengan konsentrasi dan penjiwaan yang tinggi membuatnya tampil menyatu dengan puisi yang di bawakannya.Makna yang ada dalam puisi dapat di resapi penonton.

Setitik air dari dunia puisi dapat menghilangkan dahaga.....

readmore »»

RAMADHAN DI KAMPUNGKU

.
0 komentar


Ada yang selalu berbeda di setiap bulan Ramadhan, perlakuan khusus yang di berikan masyarakat di kampungku (Tinambung) mulai dari awal menyambut bulan Ramadhan, menjalaninya, dan melepaskan bulan penuh berkah ini.

Di awali beberapa hari sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, sebagian berziarah ke makam keluarga sekaligus membersihkan makamnya.Pada malam pertama menyalakan solung (kemiri yang di haluskan dan dililitkan pada rajutan bambu) di sekeliling rumah, kadang di bawah tangga dan di kolong rumah di sekitar “posiq arriang”.Acara syukuran kecil-kecilan diadakan di setiap rumah pada malam pertama puasa.Biasanya sehabis sholat Magrib atau Isya.Semua anggota keluarga berkumpul di pimpin oleh kepala keluarga atau tetangga yang biasa memanjatkan do’a.Dengan menu makanan yang spesial (kadang memotong ayam)aneka buah-buahan yang sedang musimnya dan yang tidak pernah di lupakan loka tira (pisang ambon).

Ada yang khas sholat tarwih di mesjid- mesjid di kampungku, pada awal puasa biasanya jumlah jamaah pada hari pertama lumayan banyak.Seiring dengan waktu, jumlah jamaah tarwih semakin berkurang.Hanya ada pengecualian pada 17 Ramadhan dan 27 Ramadhan pada malam itu biasanya ada peningkatan jumlah jamaah sholat tarwih.Di kampungku hampir semua mesjid melaksanakan sampai tarwih 20 dilanjutkan dengan witir.Sehabis sholat di lanjutkan Tadarrusan.

Menjelang sahur dari mesjid terdengar suara membangunkan untuk melaksanakan sahur.Kadang anak2 keliling kampung berteriak “sahur” sambil memukul jergen, kaleng, dll .

Setelah Sholat shubuh ada istilah “jalan-jalan shubuh”.Biasanya banyak di lakukan kaum muda.Jembatan Tinambung di jadikan tempat terakhir mereka bersendau-gurau, sambil menyaksikan anak-anak membunyikan alat peledak yang terbuat dari busi bekas di isi dengan belerang dari korek api.Kadang di jembatan di adakan balapan liar pada waktu menjelang buka (ngabuburit) dan pagi hari.Di pinggir-pinggir sungai Mandar kadang terdengar “ pappalippa pattung” (bentuknya seperti meriam yang terbuat dari bambu).Dulu kadang ada persaingan bunyi pattung yang paling keras antara pattung yang ada di sebelah timur dan barat sungai Mandar.

Sore hari sepanjang bulan Ramadhan pasar “dadakan” muncul.Aneka jajanan kue disajikan penjual seperti : sambusa, jalangkote, panada,pisang ijo,katiri mandi, lopis,kue lapis,es buah,gogos,taripang, buah rangas,roko-roko unti,kui-kui,agar-agar,putu manyang, onde-onde,dll.Penjual yang sudah menjual bertahun-tahun akan mngetahui waktu-waktu dagangannya laris, yaitu awal puasa (pada saat itu orang masih malas membuat kue sendiri) dan akhir puasa (karena orang sudah fokus membuat kue kering).

Pada akhir puasa, malam lebaran di laksanakan takbiran.Kendaraan dari berbagai mesjid berkumpul di halaman Mesjid Raya Tinambung.Mobil di hiasi dengan nuansa Islami, ada yang membawa bedug, miniatur mesjid dll.Star dari Mesjid Raya puluhan motor dan mobil akan berkeliling kampung menyerukan kebesaran Sang Khalik.Pada malam itu terlihat di halaman rumah-rumah penduduk banyak yang sedang memasak buras dan ketupat.

readmore »»

Sabtu, 06 Agustus 2011

MINYAK TANAH RIWAYATMU KINI....

.
2 komentar


Sementara dengar lagunya Iwan Fals...(gara2 BBM naik tinggi, susu tak terbeli....)ide ini muncul untuk menulis tentang BBM.Minyak tanah untuk saat ini sesuatu yang langka.Mungkin suatu saat nanti kita hanya akan menjumpainya di musium saking langkanya, atau masuk dalam daftar “barang” yang di lindungi hehe...seperti anoa , cendrawasih atau nasibnya akan sama dengan dinosaurus yang benar2 sudah punah....

Saya yang termasuk makhluk hawa jelas akrab dengan minyak tanah, berkutet dengan dapur jelas butuh bahan bakar untuk mematangkan makanan.Sudah satu bulan ini saya barangkali salah satu dari sekian banyak orang yang stresss dengan “makhluk” yang namanya minyak tanah.Angkanya menembus sepuluh ribu per liter (niru pembawa berita di TV hehe).Sudah mahal, jergen harus antri malah kadang harus kos2an di agen kadang sampai bulanan.(untung agennya ndak nagih uang kos an).

Ngerti ...kalau selama ini minyak tanah di subsidi pemerintah dan trik agar rakyatnya pakai gas semua.Makanya minyak tanah di bikin mahal....

Tapi saya termasuk makhluk langka juga (terserah kalau mau di cap kampungan hehe..).Saya trauma sama kompor gas.Jadi saya sampai saat ini tidak punya kompor gas.Kadang keluarga dan teman2 meledek...bermula tahun 1987(hapal tahunnya saking trauma) dengar tabung gas tetangga meledak walaupun titik api tidak bermula dari situ.Satu kompleks perumahan habis di lahap si jago merah tanpa tersisa termasuk rumah orang tua. Saat ini kalau di rumah sepupu atau teman2 saya berani pakai kompor gas.Tapi kalau di rumah masih takut (serasa kompor gas adalah bom yang sewaktu-waktu akan meledak).
Awal Ramadhan ini’ saya benar2 berpikir keras apakah akan mematuhi anjuran pemerintah untuk beralih ke gas.Pernah satu minggu karena ndak dapat2 minyak tanah saya pakai kayu bakar,walau rasa makanan terasa enak kalau memakai kayu.Tapi kadang tidak efesien, apalagi kalau mesti buru2 karena ada pekerjaan lain.Andai pemerintah pintar, bukannya beralih ke gas (yang suatu saat akan habis juga) tetapi ke alternatif lain misalnya penggunaan sinar surya atau yang lainya yang ramah lingkungan.

Kembali ke cerita minyak tanah....Minyak tanah pernah beberapa tahun sangat” akrab” dengan duniaku.Sejak duduk di sekolah dasar dapat tugas dari orang tua mengantar mobil tangki minyak tanah ke ke pengecer2, rutin 2x seminggu.Saking akrabnya dulu saya dapat membedakan bau minyak tanah, solar maupun bensin.Tapi sejak pembatasan beberapa tahun lalu oleh pemerintah terhadap pangkalan minyak tanah, total membuat usaha ortu terhenti.Kadang kasian juga lihat ratusan drum yang sudah mulai berkarat.

Minyak tanah riwayatmu kini............
(niru lagu Bengawan Solo....)
akankah nilaimu akan menembus level diatas sepuluh ribu per liter...???
tanyakan pada rumput yang bergoyang.....

readmore »»

Jumat, 05 Agustus 2011

EKSPEDISI KORAN MANDAR

.
0 komentar


Sabtu,23 juli 2011 sekitar jam 16.00 berdua dengan Muhammad Ridwan Alimuddin saya menjemput Muliadi memasuki kota Tinambung.Dengan memakai baju kaos warna putih bertuliskan “Ekspedisi Koran Mandar” .Kata “ekspedisi” mengingatkanku pada Ahmad Yunus dan Farid Gaban. Dua wartawan senior yang menamai perjalanannya “ Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa” mengelilingi Indonesia memakai motor Trail.Ada haru melihat Muliadi’ ketika saya tanya apakah capek? Cuma di balas senyuman sambil mengayuh sepedanya.

Tiba di Tinambung di rumah Muhammad Zauki, setelah ngorol sebentar dengan keluarga Muhammad Zauki dan teman-teman yang menunggu kedatangan Muliadi .Muliadi melanjutkan perjalananya menuju rumahnya di Pa’giling.Di beranda rumah dengan ditemani pisang goreng memulai obrolan dengannya.

Muliadi anak sulung dari enam bersaudara pasangan suami istri Syamsuddin Syah (almarhum) dan Saenal , sukses menempuh perjalanan dari Makassar ke Tinambung Polman dengan mengendarai sepeda sendiri.Ide ini berawal Juni bulan lalu, ketika tiba-tiba jam 02.00 dini hari terbangun dari tidurnya.Ada keinginan kuat untuk kembali bersepeda ke Tinambung.Barangkali bagi sebagian orang, apa yang dilakukan Muliadi sesuatu yang “gila”.Tapi baginya inilah “Universitas Kehidupan” tempatnya belajar arti hidup.Siang yang panas dan dinginnya malam di tempuhnya dengan semangat. Tak ada keinginan kembali ke Makassar atau naik mobil.Pepatah Mandar “Takkalai di sombalang dotai lele ruppu dadi natuali dilolangan” (sekali perahu kembangkan layar lebih baik tenggelam dari pada balik di tengah jalan).Sepenggal ungkapan yang menyimbolkan keberanian dan tekad mengarungi lautan di kalangan pelaut dan nelayan Mandar, betul-betul di aplikasikan dalam hidupnya.Banyak cerita dalam perjalanannya mulai dari kehilangan sandal di mesjid Kaballangan, tidur di penjual salak Lasape dengan perasaan was-was karena takut kehilangan sepeda (membuat tidurnya tidak nyenyak), bertemu Pak Alimuddin Karim gurunya sewaktu SMU Layonga (yang sedang naik mobil ke Makassar) kaget mengetahui Muliadi naik sepeda dan cerita lainnya.


Perjalanan yang dirasa agak berat sewaktu di daerah Suppa sekitar pukul 17.00, beberapa kilometer sesudah kota Pare-pare.Medan jalan yang mendaki membuat pahanya terasa letih.
Tammat SMU Layonga tahun 2000.Muliadi berangkat ke Makassar’ dengan sepeda kesayangannya naik bus Piposs.Sepeda ini di belinya dari gurunya di SMU, Pak Komar.Seharga tiga ratus ribu rupiah dari uang hasil penjualan kambing peliharaannya.Harga sepeda ini sebenarnya mahal,tetapi karena Muliadi termasuk salah satu murid kesayangan Pak Komar maka cuma di beri dengan harga begitu.Di Makassar Muliadi mengikuti kursus teknik listrik di BLK.Kursus bahasa Jepang dan komputer di Aliah.Rutunitas hidupnya di Makassar di jalaninya dengan naik sepeda, menyebabkan hampir semua jalanan di Makassar sudah dilaluinya.Mulai dari jalanan besar sampai lorong-lorong “tikus”.

Tahun 2005 untuk pertama kalinya, Muliadi bersepeda dari Makassar ke Tinambung.Motivasinya saat itu adalah dari orang-orang terdahulu yang masih mengandalkan dokar dan sepeda untuk menempuh perjalanan Makassar ke Mandar.Muliadi berpikir masa orang dulu bisa, dia tidak. Saat itu Muliadi Cuma menempuh Makassar –Tinambung selama satu hari.

Walau masih dalam keadaana capek’ Muliadi tetap bersemangat bercerita.Kami berempat membongkar ransel kecil yang menemaninya dalam perjalanan.Di dalamnya cuma berisi : Pocari sweat (6 sachet),obat-obatan,Biore Men,kunci-kunci sepeda, dan sekeping kaset VCD Nikita Willy bertuliskan Religi Menyambut Ramadhan (jadi bahan candaan sore itu,ternyata Muliadi fans sama Nikita Willy). Baginya sepeda yang di gunakan tahun 2005 lebih enak di pakai karena ban nya kecil, walaupun sepeda yang digunakkan tahun ini lebih bermerek.

readmore »»