Kamis, 04 Agustus 2011

AKU DAN SUNGAI MANDAR

.


Entah kenapa malam ini aku teringat masa kecil.Walau tubuh terasa letih setelah seharian beraktifitas.Tiba2 ada keinginan untuk menuliskannya,tulisan ini kupersembahkan untuk buah hatiku.Karena kutahu pengalaman buah hatiku tentang sungai Mandar tidak sama yang aku alami waktu kecilku.

Aku tahun 80an..., duduk di Sekolah Dasar.Pagi hari bangun tidur, dengan memakai sarung menuju sungai Mandar untuk Mandi.Pagi yang dingin kadang membuat aku bersama teman2 duduk sebentar di pinggir sungai, enggan untuk langsung menceburkan diri ke air sungai yang dingin.Kadang kami asyik mengobrol dulu, kadang kami di marahi oleh orang dewasa atau orang tua yang mendapati kami karena tidak langsung mandi.” Nanti terlambat ke sekolah” itu alasan mereka memarahi kami.

Kadang juga karena suatu “permainan” namanya “stempel patung”.
Cara permainannya seperti ini : di mulai dengan dua orang atau lebih saling menyentuhkan jempol untuk membuat ikatan/perjanjian.Siapa yang duluan melihat teman yang sudah dalam perjanjian, maka dia berhak untuk berteriak “patung” teman yang di teriaki seketika harus mematung.Dia harus terus mematung sebelum ada orang yang menyentuhnya.Dulu permainan ini hanya berlaku satu kali dalam sehari.Jadi untuk memperbaharuinya harus menunggu untuk besoknya.Pertemuan yang paling pas adalah di pinggir sungai, karena awal memulai hari.Kadang orang mematung(tanpa bergerak) harus dalam waktu yang cukup lama karena tidak ada yang menyentuhnya.Aku yang kadang apes kena teriakan “patung” dalam hati berharap ada yang berbaik hati untuk menyentuh.Kadang teman meninggalkan di pinggir sungai.Yang paling tidak enak kalau sementara memakai sabun di di wajah.Pas dapat teriakan patung maka rasakanlah pedih di mata karena harus langsung mematung, tanpa di beri kesempatan untuk membasuh wajah terlebih dahulu.Kadang aku atau teman yang dahulu tiba harus sembunyi terlebih dahulu di semak2 di pinggir sungai, menunggu “mangsanya’ datang.

Siang hari yang panas, tidak membuatku untuk tidak bermain.Menghabiskan hari di Sungai Mandar adalah salah satu tempat yang mengasyikan.Menunggu sepupunya kakek(kupanggil kanne juga) datang dari laut untuk meminjam sampan kecilnya.Karena aku tidak tahu mendayung, untunglah beliau mempunyai anak yang seumuran denganku yang lincah mendayung.Menyusuri muara Sungai Mandar sampai Lekopadis termasuk lumayan jauh untuk anak seumuran kami.Kadang berhenti di gundukkan pasir dan membuat benteng2 atau melumuri pasir di sekujur tubuh.Menangkap ikan buntal atau udang di pinggir sungai.

Sore hari ketika air pasang, kadang melompat di jembatan tua kesungai.Kadang dimarahi orang tua kalau ada yang memberitahu kalau aku melompat.Aku ingat pertama kali melompat aku ngeri sekali dan menutup mata,lama2 jadi terbiasa. Kadang kalau tidak melompat di jembatan, melompat di dahan2 pohon di pinggir sungai dan kadang menirukan gaya Tarsan yang berayun-ayun.

3 comments

Fildzha Amalina Gobel mengatakan...

:h: keren :c:

deviansejati mengatakan...

supercooll!!!
tapi mwka nangis baca, auntie :i:

*sepertinya menangis adalah penghargaan tertinggi saya terhadap sesuatu,,
heheh,, airmata sy mahal loh aunt ^^
[traktir memammaka' makan binte, wkwkwk]

Juniarti Hamid mengatakan...

makasih syang...' lucu juga cara mengepresikannya sampe nangis segala...ntar di traktir binte sama fildzha

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar